Kamis, 09 Juli 2015

 Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Selamat Pagi sob, pada kesempatan kali ini dan untuk pertama kalinya di blog ini , saya ingin memperkenalkan kain tenun khas Lombok khususnya kain tenun yang dibuat para pengrajin di Desa Pringgasela. Sebenarnya sudah lama keinginan untuk membuat tulisan ini, namun baru terealisasikan saat ini. Kain Tenun yang diproduksi oleh “Inaq-Inaq” (Ibu-Ibu), dan “Dedare” ( Gadis Remaja) bahkan juga "papuk-papuk" (Nenek-nenek) ini masih dibuat secara tradisional. Pengerjaannya yang masih manual serta membutuhkan ketelitian dan keterampilan sehingga bisa memakan waktu cukup lama dan tidak lantas membuat mereka berhenti untuk menenun  sob. Tanpa berpanjang lebar berikut beberapa langkah dalam membuat kain tenun sehingga bisa sampai pada tangan sob-sob semuanya :
  1. Langkah pertama yaitu Tajin, bukan Takjil ya, hehehe. Tajin di sini yaitu proses perendaman benang brodur menggunakan air kanji dan membutuhkan waktu beberapa menit untuk mendapatkan hasil benang yang diinginkan.

  2. Jemur
    Langkah selanjutnya menjemur benang yang sudah direndam pada tahap sebelumnya.
  3. Gontong
    Setelah benang kering  sob, benang tersebut dipintal menggunakan alat yang dinamakan
    andir dan ara, alat ini bekerjasama ketika  ara di putar maka andir pun ikut berputar dalam proses peng “gontongan” benag burdur. Alhasil benang pun terpintal pada sebuah alat yang dinamakan "Penggontong"
  4. Rane
    Setelah be “Gontong”, selanjutnya benang memasuki tahap me “Rane”. Tahap ini dilakukan dengan menyusun benang pada alat yang telah disediakan dengan menggunakan alat yang bernama anik dan bekerjasama dengan alat yang bernama erek-erek, dimana erek-erek ini digunakan untuk menempatkan hasil gontongan sedangkan anik digunakan untuk menyusun benang pada gigi anik. Untuk membuat kain tenun, dari awal pengrajinnya telah memikirkan paduan warna apa saja yang dipakai dan tersusun dari proses merangkai warna benang dalam gigi anik.
  5. Nyusuk
    Nyusuk suri 
    Next, menurut pengamatan saya proses ini lumayan sulit karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi sob, jadi kalau kamu punya darah tinggi gak usah coba-coba, hehehehehe. Ada pun sistem kerja pada tahap nyusuk suri ini adalah memasukan benang satu persatu pada gigi suri.
  6. BeGulong
    Nah, tahapan ini membutuhkan kerja sama tim agar benang yang di “Gulong” (Rool) menjadi bagus
    . Begulung ini bertujuan untuk melipat benang pada tutukan agar memudahkan “Inaq-Inaq” (Ibu-Ibu), “Dedare” (Gadis Remaja) atau pun "Papuk-papuk" (Nenek-nenek) dalam proses menenun kadang-kadang hasil dari begulung ini “kenjok setueq” (panjang sebelah) menyebabkan para penenun sedikit susah dalam menenun.
  7. Tenun
    Yeahh, tahapan terakhir yaitu be “Tenun” alias menenun
    , untuk melihat hasil satu buah kain tenun yang kita buat kira-kira  membutuhkan waktu berhari-hari dan tergantung dari para pengerajin tenun. Rajin menenun maka alhasil cepat dinikmati.
  8. Melting
    Melting ini merupakan proses tambahan, jika benang yang digunakan menenun akan habis.
    Melting juga disebut dengan “pakan” jangan kira pakan buat makan ikan ya sob hahahahaha, maksud pakan disini pakan untuk menenun.
Kurang lebihnya begitulah gambaran umum untuk membuat kain tenun yang diproduksi oleh masyarakat di Desa Pringgasela. Prosesnya memang membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup ekstra sob, namun tidak menjadikan para pengrajin di Desa Pringgasela untuk tidak lagi menenun. Karena menenun tidak hanya sebagai ladang untuk mencari penghasilan, namun juga untuk mengasah keterampilan dan kesabaran sob. Menurut kacamata pribadi saya sob kualiats dari kain tenun ini sudah tidak diragukan lagi karna sudah bertahun-tahun saya menggunakan kain tenun ini tidak akan cepat memudar warnanya atau pun kualitas dari segi kekutan kainya sob.


Posted by Unknown On 10.00 No comments

0 komentar:

Posting Komentar